Kota berhawa dingin yang
ditempuh sekitar tiga jam
perjalanan dari Surabaya ini
ternyata memiliki scene rock
underground yang “panas”
sejak awal dekade 90-an. Tersebutlah nama Total Suffer
Community(T.S.C) yang
menjadi motor penggerak bagi
kebangkitan komunitas rock
underground di Malang sejak
awal 1995. Anggota komunitas ini terdiri dari berbagai macam
musisi lintas-scene, namun
dominasinya tetap
saja anak-anak metal. Konser
rock underground yang
pertama kali digelar di kota Malang diorganisir pula oleh
komunitas ini. Acara bertajuk
Parade Musik Underground
tersebut digelar di Gedung
Sasana Asih YPAC pada tanggal
28 Juli 1996 dengan menampilkan band-band lokal
Malang seperti Bangkai
(grindcore), Ritual Orchestra
(black metal),Sekarat (death
metal), Knuckle Head (punk/
hc), Grindpeace (industrial death metal), No Man’s Land
(punk), The Babies (punk) dan
juga band-band asal Surabaya,
Slowdeath (grindcore) serta
The Sinners (punk). Beberapa band Malang lainnya
yang patut di beri kredit antara
lain Keramat, Perish, Genital
Giblets, Santhet dan tentunya
Rotten Corpse. Band yang
terakhir disebut malah menjadi pelopor style brutal death
metal di Indonesia. Album
debut mereka yang
bertitel “Maggot Sickness” saat
itu menggemparkan scene
metal di Jakarta, Bandung, Jogjakarta dan Bali karena
komposisinya yang solid dan
kualitas rekamannya yang top
notch. Belakangan band ini
pecah menjadi dua dan salah
satu gitaris sekaligus pendirinya, Adyth, hijrah ke
Bandung dan membentuk
Disinfected. Di kota inilah lahir
untuk kedua kalinya fanzine
musik di Indonesia. Namanya
Mindblast zine yang diterbitkan oleh dua orang
scenester, Afril dan Samack
pada akhir 1995. Afril sendiri
merupakan eks-vokalis band
Grindpeace yang kini eksis di
band crust-grind gawat, Extreme Decay. Sementara
indie label pionir yang hingga
kini masih bertahan serta tetap
produktif merilis album di
Malang adalah Confused
Records
LANJUT KE BAG 9