Pada era ini hype musik metal
yang masif digandrungi adalah
subgenre yang makin ekstrem
yaitu death metal, brutal death
metal, grindcore, black metal
hingga gothic/doom metal. Beberapa band yang makin
mengkilap namanya di era ini
adalah Grausig, Trauma,
Aaarghhh, Tengkorak,
Delirium Tremens, Corporation
of Bleeding, Adaptor, Betrayer, Sadistis, Godzilla dan
sebagainya. Band grindcore
Tengkorak pada tahun 1996
malah tercatat sebagai band
yang pertama kali merilis mini
album secara independen di Jakarta dengan judul `It’s A
Proud To Vomit Him’. Album
ini direkam secara profesional
di Studio Triple M, Jakarta
dengan sound engineer Harry
Widodo (sebelumnya pernah menangani album Roxx, Rotor,
Koil, Puppen dan PAS).
Tahun 1996 juga sempat
mencatat kelahiran fanzine
musik underground pertama
di Jakarta, Brainwashed zine.
Edisi pertama Brainwashed
terbit 24 halaman dengan menampilkan cover Grausig
dan profil band Trauma,
Betrayer serta Delirium
Tremens. Di ketik di komputer
berbasis system operasi
Windows 3.1 dan lay-out cut n’ paste tradisional, Brainwashed
kemudian diperbanyak 100
eksemplar dengan mesin foto
kopi milik saudara penulis
sendiri. Di edisi-edisi
berikutnya Brainwashed mengulas pula band-band
hardcore, punk bahkan ska.
Setelah terbit fotokopian
hingga empat edisi, di tahun
1997 Brainwashed sempat
dicetak ala majalah profesional dengan cover
penuh warna. Hingga tahun
1999 Brainwashed hanya kuat
terbit hingga tujuh edisi,
sebelum akhirnya di tahun
2000 penulis menggagas format e-zine di internet
(www.bisik.com). Media-
media serupa yang selanjutnya
lebih konsisten terbit di Jakarta
antara lain Morbid Noise zine,
Gerilya zine, Rottrevore zine, Cosmic zine dan
sebagainya.
29 September 1996
menandakan dimulainya
sebuah era baru bagi
perkembangan rock
underground di Jakarta. Tepat
pada hari itulah digelar acara musik indie untuk pertama
kalinya di Poster Café. Acara
bernama “Underground
Session” ini digelar tiap dua
minggu sekali pada malam
hari kerja. Café legendaris yang dimiliki rocker gaek
Ahmad Albar ini banyak
melahirkan dan membesarkan
scene musik indie baru yang
memainkan genre musik
berbeda dan lebih variatif. Lahirnya scene Brit/indie pop,
ledakan musik ska yang
fenomenal era 1997 – 2000
sampai tawuran massal
bersejarah antara sebagian
kecil massa Jakarta dengan Bandung terjadi juga di tempat
ini. Getah,
Brain The Machine,
Stepforward, Dead Pits, Bloody
Gore, Straight Answer,
Frontside, RU Sucks, Fudge, Jun Fan Gung Foo, Be Quiet,
Bandempo, Kindergarten, RGB,
Burning Inside, Sixtols,
Looserz, HIV, Planet Bumi,
Rumahsakit, Fable, Jepit
Rambut, Naif, Toilet Sounds, Agus Sasongko & FSOP adalah
sebagian kecil band-band yang
`kenyang’ manggung di sana.
10 Maret 1999 adalah hari
kematian scene Poster Café
untuk selama- lamanya. Pada
hari itu untuk terakhir kalinya
diadakan acara musik di sana
(Subnormal Revolution) yang berujung kerusuhan besar
antara massa punk dengan
warga sekitar hingga
berdampak hancurnya
beberapa mobil dan unjuk
giginya aparat kepolisian dalam membubarkan massa.
Bubarnya Poster Café diluar
dugaan malah banyak
melahirkan venue- venue
alternatif bagi masing-masing
scene musik indie. Café Kupu- Kupu di Bulungan sering
digunakan scene musik ska,
Pondok Indah Waterpark, GM
2000 café dan Café Gueni di
Cikini untuk scene Brit/indie
pop, Parkit De Javu Club di Menteng untuk gigs punk/
hardcore dan juga indie pop.
Belakangan BB’s Bar yang
super- sempit di Menteng
sering disewa untuk acara
garage rock-new wave- mellow punk juga rock yang
kini sedang hot, seperti The
Upstairs, Seringai, The
Brandals, C’mon Lennon, Killed
By Butterfly, Sajama Cut,
Devotion dan banyak lagi. Di antara semuanya, mungkin
yang paling `netral’ dan
digunakan lintas-scene cuma
Nirvana Café yangterletak di
basement Hotel Maharadja,
Jakarta Selatan. Di tempat ini pulalah, 13 Januari 2002 silam,
Puppen `menghabisi riwayat’
mereka dalam sebuah konser
bersejarah yang berjudul,
“Puppen : Last Show Ever”,
sebuah rentetan show akhir band Bandung ini sebelum
membubarkan diri.
LANJUT KE BAG 4