Tak seberapa jauh dari Apotik
Retna, lokasi lain yang sering
dijadikan lokasi rehearsal
adalah Studio One Feel yang
merupakan studio latihan
paling legendaris dan bisa dibilang hampir semua band-
band rock/metal lawas ibukota
pernah rutin berlatih di sini.
Selain Pid Pub, venue alternatif
tempat band-band rock
underground manggung pada masa itu
adalah Black Hole dan restoran
Manari Open Air di Museum
Satria Mandala (cikal bakal
Poster Café). Diluar itu, pentas
seni MA dan acara musik kampus sering kali pula di
“infiltrasi” oleh band-band
metal tersebut. Beberapa pensi
yang historikal di antaranya
adalah Pamsos (SMA 6
Bulungan), PL Fair (SMA Pangudi Luhur), Kresikars
(SMA 82), acara musik kampus
Universitas
Nasional (Pejaten), Universitas
Gunadarma, Universitas
Indonesia (Depok), Unika Atmajaya Jakarta, Institut
Teknologi Indonesia (Serpong)
hingga Universitas Jayabaya
(Pulomas).
Berkonsernya dua supergrup
metal internasional di
Indonesia, Sepultura (1992)
dan Metallica (1993) memberi
kontribusi cukup besar bagi
perkembangan band-band metal sejenis di Indonesia. Tak
berapa lama setelah Sepultura
sukses “membakar” Jakarta
dan Surabaya, band speed
metal Roxx merilis album
debut self-titled mereka di bawah
label Blackboard. Album kaset
ini kelak menjadi salah satu
album speed metal klasik
Indonesia era 90-an. Hal yang
sama dialami pula oleh Rotor. Sukses membuka konser
fenomenal Metallica selama
dua hari berturut-turut di
Stadion Lebak Bulus, Rotor
lantas merilis album thrash
metal major labelnya yang pertama di Indonesia, Behind
The 8th Ball (AIRO).
Bermodalkan rekomendasi
dari manajer tur Metallica dan
honor 30 juta rupiah hasil dua
kali membuka konser Metallica, para personel Rotor
(minus drummer Bakkar
Bufthaim) lantas eksodus ke
negeri Paman Sam untuk
mengadu nasib. Sucker Head
sendiri tercatat paling telat dalam merilis album debut
dibanding band
seangkatan mereka lainnya.
Setelah dikontrak major label
lokal, Aquarius
Musikindo, baru di awal 1995 mereka merilis album `The
Head Sucker’. Hingga kini
Sucker Head tercatat sudah
merilis empat buah album.>
Dari sedemikian panjangnya
perjalanan rock underground
di tanah air, mungkin baru di
paruh pertama dekade 90-
anlah mulai banyak terbentuk
scene-scene underground dalam arti sebenarnya di
Indonesia. Di Jakarta sendiri
konsolidasi scene metal secara
masif berpusat di Blok M
sekitar awal 1995. Kala itu
sebagian anak-anak metal sering
terlihat nongkrong di lantai 6
game center Blok M Plaza dan
di sebuah resto waralaba
terkenal di sana. Aktifitas
mereka selain hang out adalah bertukar informasi tentang
band-band lokal
daninternasional, barter CD,
jual-beli t-shirt metal hingga
merencanakan
pengorganisiran konser. Sebagian lagi yang lainnya
memilih hang out di basement
Blok Mall yang kebetulan
letaknya berada di bawah
tanah.
Lanjut ke bag 3